Senin, 23 November 2009

Grebeg suro kota poorogo














Grebeg Suro Kota Reyog Ponorogo adalah sebuah acara rutin tahunan yang diadakan di alun-alun kota Ponorogo, sebuah kota yang berada sekitar 30 kilometer dari Madiun, arah Pacitan atau Wonogiri. Acara puncak Grebeg Suro adalah pada malam 1 Muharam pada penanggalan Hijriyah. Ritual tahunan ini sudah ada sejak lama,Apa yang menarik dari acara Grebeg Suro di Ponorogo ini? Mulai dari siang hari, kota Ponorogo yang biasanya lumayan sepi menjadi sangat ramai sekali dengan kedatangan banyak tamu dari luar kota. Bahkan terkadang, mulai pukul 12:00 atau 14:00 sampai besok pagi, maka semua kendaraan dari luar kota sudah tidak diperkenankan untuk memasuki kota Ponorogo.
Untuk bisa masuk ke pusat kota atau alun-alun Ponorogo, maka biasanya perlu mencari beberapa jalur tikus sehingga nantinya akan dapat melewati beberapa penjagaan dan berhasil membawa kendaraan bermotor untuk dapat mencapai kota, setelah bisa masuk kota mau kemana-mana sudah bebas kecuali jika terjebak macet. Apakah mungkin kota sekecil Ponorogo juga mengalami kemacetan lalu lintas? tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, ketika ada acara Grebeg Suro maka hampir semua ruas jalan di Ponorogo menjadi penuh sesak dengan banyaknya orang berjalan kaki maupun kendaraan yang berlalu lalang, tanpa saya tahu tujuan mereka. Mungkin saja hanya untuk jalan-jalan menikmati macetnya kota.
hampir setiap tahun ketika acara Grebeg Suro berlangsung di Kota Reog Ponorogo, akan menyempatkan diri untuk pergi kesana sekedar untuk melaksanakan ritual ngopi dan “melekan” sambil melihat-lihat para pejalan kaki yang terus ada seperti sumber mata air yang tak pernah kering, bahkan sampai pagi menjelang. Alun-alun kota Ponorogo, sudah pasti penuh dengan lautan manusia, karena memang disitulah tempat dilaksanakannya puncak acara Grebeg Suro, dimana terdapat sebuah panggung yang akan dimeriahkan dengan banyak acara. Acara yang pasti ada dan paling meriah adalah adanya Festival Reog yang bukan hanya diikuti oleh peserta dari Ponorogo dan sekitarnya, tetapi ada juga peserta dari luar negeri. Bule pun ternyata ada yang bisa memainkan reog.
Sebelum tahun 1990, orang berjalan kaki dari Madiun atau Wonogiri untuk berhasil mencapai alun-alun Ponorogo masih merupakan pemandangan yang sangat umum dan sangat tidak mengherankan. Tetapi sebagai generasi muda, saya rupanya tidak bisa melestarikan budaya jalan kaki tersebut dan lebih memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor. Padahal saya juga pernah melakukan aksi jalan kaki yang tak kalah jauhnya yaitu ketika mengikuti Napak Tilas Pasukan Siliwangi mulai dari Sarangan sampai dengan Bendo, sebuah desa dibelakang Lanud Iswahyudi, Maospati.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti sekarang, dimana beragam informasi dapat disajikan secara luas melalui internet dan dengan sudah semakin murah koneksi internet, maka saya yakin bahwa Acara Grebeg Suro di Kota Reyog Ponorogo akan semakin meriah dan akan mendatangkan banyak wisatawan yang ingin melihat seperti apa keramaian dan kemeriahan Ponorogo menjelang pergantian Tahun Hijriyah, dan juga keramahanan yang disajikan oleh masyarakat Ponorogo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar