Jumat, 27 November 2009

Memaknai takdir,membangun manusia bertanggung jawab














Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan kelengkapan yang sempurna. Dari aspek lahir memiliki bentuk yang paling bagus dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain (ahsan at-taqwim). Sementara dari aspek batin dibekali kelengkapan yang semakin sempurna melengkapi kesempurnaan lahir/fisik.
Kesempurnaan penciptaan manusia bukan tanpa alas an, tetapi sarat dengan misi besar yakni mengemban amanah Allah sebagai khalifah (wakil)-Nya di bumi sekaligus sebagai hamba-Nya. Agar manusia benar-benar siap dan mampu mengemban amanah kekhalifahan dengan baik, Allah lengkapi dengan potensi untuk berkembang, yakni; al-masyi’ah (kehendak); al-isthitha’ah (daya, kekuatan, kemampuan); dan al-‘amal (tindakan, perbuatan). Potensi manusia akan berkembang sesuai dengan kemauan dan kemampuan manusia yang bersangkutan dalam mengelola al-masyi’ah, al-isthitha’ah, dan al-‘amal tersebut.

Persaudaraan setia hati terate















Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.

Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo.

Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.

Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama pencak. Setelah pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan, kata pencak pada SH PSC menjadi pemuda. Kata pemuda semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia.

Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.

Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara berturut-turut:

· Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
· Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
· Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
· Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
· Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.

Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara.

Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.

Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang terbaik dari yang terbaik yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.

Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).

Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.

Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 – 1999 sebanyak 108.267

Arti dan Makna Lambang PSHT


1. Segi empat panjang
- Bermakna Perisai.

2. Dasar Hitam
- Bermakna kekal dan abadi.

3. Hati putih bertepi merah
- Bermakna cinta kasih ada batasnya.

4. Merah melingkari hati putih
- Bermakna berani mengatakan yang ada dihati/kata hati

5. Sinar
- Bermakna jalannya hukum alam/hukum kelimpahan
6. Bunga Terate
- Bermakna kepribadian yang luhur

7. Bunga terate mekar, setengah mekar dan kuncup.
- Bermakna dalam bersaudara tidak membeda-bedakan latar belakang

8. Senjata silat
- Bermakna pencak silat sebagai benteng Persaudaraan.

9. Garis putih tegak lurus ditengah-tengah merah
- Bermakna berani karena benar, takut karena salah

10. Persaudaraan Setia Hati Terate
- Bermakna mengutamakan hubungan antar sesama yang tumbuh dari hati yang tulus, ikhlas, dan bersih.
- Apa yang dikatakan keluar dari hati yang tulus.
- Kepribadian yang luhur.

11. Hati putih bertepi merah terletak ditengah-tengah lambang
- Bermakna netral

Senin, 23 November 2009

perputaran uang dalam acara kirab pusaka













Kirab Pusaka menjelang Malam 1 Muharram merupakan salah satu rangkaian Perayaan Grebeg Suro di Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan setiap tahunnya. Selain pusat keramaian di Aloon-Aloon Ponorogo dan sekitarnya, Kirab Pusaka ini mampu menyedot perhatian masyarakat Ponorogo maupun dari luar Ponorogo. Kehadiran masyarakat untuk menonton Kirab tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perputaran uang di Ponorogo. Asumsi yang sangat gampang dengan jumlah penonton minimal sebanyak 10.000 penontong dan setiap penonton membelanjakan uangnya sebesar Rp 10.000 (untuk parkir, beli makanan dan minuman) maka telah terjadi perputaran uang sebesar Rp 100.000.000. Nilai tersebut belum ditambah dengan peserta kirab, misalnya sewa mobil, menghias mobil, dan merias peserta. Dengan peserta kirap lebih kurang 100 mobil dan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 4.000.000 per mobil maka sudah mencapai angka Rp 400.000.000. Sehingga secara kasar total uang yang berputar sudah mencapai Rp 500.000.000 dalam acara kirap tersebut. Angka yang cukup besar untuk perputaran uang dalam sehari di sebuah kota yang bukan metropolis.

Grebeg suro kota poorogo














Grebeg Suro Kota Reyog Ponorogo adalah sebuah acara rutin tahunan yang diadakan di alun-alun kota Ponorogo, sebuah kota yang berada sekitar 30 kilometer dari Madiun, arah Pacitan atau Wonogiri. Acara puncak Grebeg Suro adalah pada malam 1 Muharam pada penanggalan Hijriyah. Ritual tahunan ini sudah ada sejak lama,Apa yang menarik dari acara Grebeg Suro di Ponorogo ini? Mulai dari siang hari, kota Ponorogo yang biasanya lumayan sepi menjadi sangat ramai sekali dengan kedatangan banyak tamu dari luar kota. Bahkan terkadang, mulai pukul 12:00 atau 14:00 sampai besok pagi, maka semua kendaraan dari luar kota sudah tidak diperkenankan untuk memasuki kota Ponorogo.
Untuk bisa masuk ke pusat kota atau alun-alun Ponorogo, maka biasanya perlu mencari beberapa jalur tikus sehingga nantinya akan dapat melewati beberapa penjagaan dan berhasil membawa kendaraan bermotor untuk dapat mencapai kota, setelah bisa masuk kota mau kemana-mana sudah bebas kecuali jika terjebak macet. Apakah mungkin kota sekecil Ponorogo juga mengalami kemacetan lalu lintas? tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, ketika ada acara Grebeg Suro maka hampir semua ruas jalan di Ponorogo menjadi penuh sesak dengan banyaknya orang berjalan kaki maupun kendaraan yang berlalu lalang, tanpa saya tahu tujuan mereka. Mungkin saja hanya untuk jalan-jalan menikmati macetnya kota.
hampir setiap tahun ketika acara Grebeg Suro berlangsung di Kota Reog Ponorogo, akan menyempatkan diri untuk pergi kesana sekedar untuk melaksanakan ritual ngopi dan “melekan” sambil melihat-lihat para pejalan kaki yang terus ada seperti sumber mata air yang tak pernah kering, bahkan sampai pagi menjelang. Alun-alun kota Ponorogo, sudah pasti penuh dengan lautan manusia, karena memang disitulah tempat dilaksanakannya puncak acara Grebeg Suro, dimana terdapat sebuah panggung yang akan dimeriahkan dengan banyak acara. Acara yang pasti ada dan paling meriah adalah adanya Festival Reog yang bukan hanya diikuti oleh peserta dari Ponorogo dan sekitarnya, tetapi ada juga peserta dari luar negeri. Bule pun ternyata ada yang bisa memainkan reog.
Sebelum tahun 1990, orang berjalan kaki dari Madiun atau Wonogiri untuk berhasil mencapai alun-alun Ponorogo masih merupakan pemandangan yang sangat umum dan sangat tidak mengherankan. Tetapi sebagai generasi muda, saya rupanya tidak bisa melestarikan budaya jalan kaki tersebut dan lebih memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor. Padahal saya juga pernah melakukan aksi jalan kaki yang tak kalah jauhnya yaitu ketika mengikuti Napak Tilas Pasukan Siliwangi mulai dari Sarangan sampai dengan Bendo, sebuah desa dibelakang Lanud Iswahyudi, Maospati.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti sekarang, dimana beragam informasi dapat disajikan secara luas melalui internet dan dengan sudah semakin murah koneksi internet, maka saya yakin bahwa Acara Grebeg Suro di Kota Reyog Ponorogo akan semakin meriah dan akan mendatangkan banyak wisatawan yang ingin melihat seperti apa keramaian dan kemeriahan Ponorogo menjelang pergantian Tahun Hijriyah, dan juga keramahanan yang disajikan oleh masyarakat Ponorogo.

Jumat, 20 November 2009

Mutiara hati














Di suatu pagi hari, Rasulullah SAW bercerita kepada para sahabatnya, bahwa semalam beliau didatangi dua orang tamu. Dua tamu itu mengajak Rasulullah untuk pergi ke suatu negeri, dan Rasul menerima ajakan mereka. Akhirnya mereka pun pergi bertiga.
Ketika dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorang yang tengah berbaring. Tiba-tiba di dekat kepala orang itu ada orng lain yang berdiri dengan membawa sebongkah batu besar. Orang yang membawa batu besar itu dengan serta merta melemparkan batu tadi ke atas kepala orang yang sedang berbaring, maka remuklah kepalanya dan menggelindinglah batu yang dilempar tadi. Kemudian orang yang melempar batu itu berusaha memugut kembali batu tesebut. Tapi dia tidak bisa meraihnya hingga kepala yang remuk tadi kembali utuh seperti semula. Setelah batu dapat diraihnya. Orang itu kembali melemparkan batu tersebut ke oang yang sedang berbaring tadi, begitu seterusnya ia melakukan hal yang serupa seperti semula.
Melihat keadian itu, Rasulullah bertanya kepada dua orng tamu yang mengajaknya, “Maha Suci Allah, apa ini?”
“Sudahlah, lanjutkan perjalanan!” jawab keduanya.
Maka mereka pun pergi melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka mendatangi seseorag lagi. Orang tersebut sedang terlentang dan di sebelahnya ada orang lain yang berdiri dengan membawa gergaji dari besi. Tiba-tiba digergajinya salah satu sisi wajah orang yang sedang terlentang itu hingga mulut, tenggorokan, mata, sampai tengkuknya. Kemudian si penggergaji pindah ke sisi yang lain dan melakukan hal yang sama pada sisi muka yang pertama. Orang yang menggergaji ini tidak akan pindah ke sisi wajah lainnya hingga sisi wajah si terlentang tersebut sudah kembali seperti sediakala. Jika dia pindah ke sisi wajah lainnya, dia akan menggergaji wajah si terlentang itu seperti semula. Begitu seterusnya dia melakukan hal tersebut berulang-ulang.
Rasulullah pun bertanya,”Subhanallah, apa pula ini?”
Kedua tamunya menjawab, “Sudah, menjauhlah!”
Maka mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Selanjutnya mereka mendatangi sesuatu seperti sebuah tungku api, atasnya sempit sedangkan bagian bawahnya besar, dan menyala-nyala api dari bawahnya. Di dalamnya penuh dengan jeritan dan suara-suara hiruk pikuk. Mereka pun melongoknya, tenyata di dalamnya terdapat para lelaki dan wanita dalam keadaan telanjang. Dan dari bawah ada luapan api yang melalap tubuh mereka. Jika api membumbung tinggi mereka pun naik ke atas, dan jika api meredup mereka kembali ke bawah. Jika api datang melalap, maka mereka pun terpanggang.
Rasulullah kembali bertanya, “Siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini mereka mendatangi sebuah sungai, sungai yang merah bagai darah. Ternyata di dalam sungai tadi ada seseorang yang sedang berenang, sedangkan di tepi sungainya telah berdiri seseorang yang telah mengumpulkan bebatuan banyak sekali. Setiap kali orang yang berenang itu hendak berhenti dan ingin keluar dari sungai, maka orng yang di tepi sungai mendatangi orang yang berenang itu dan menjejali mulutnya sampai ia pun berenang kembali. Setiap kali se perenang kembali mau berhenti, orang yang di tepi sungai kembali menjejali mulut si perenang dengan bebatuan hingga dia kembali ke tengah sungai.
Rasulullah pun bertanya, “Apa yang dilakukan orang ini?!”
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Maka mereka pun melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan kali ini, mereka mendapatkan seseorang yang amat buruk penampilannya, sejelek-jeleknya orang yang pernah kita lihat penampilannya, dan di dekatnya terdapat api. Orang tersebut mengobarkan api itu dan mengelilinginya.
“Apa ini?!” tanya Rasulullah
“Menjauhlah, menjauhlah!” jawab kedua tamunya.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan lagi. Dalam perjalanan mereka menemukan ebuah taman yang indah, dipenuhi dengan bunga-bunga musim semi. Di tengah taman itu ada seorang lelaki yang sangat tinggi, hingga Rasulullah hamper tidak bisa melihat kepala orang itu karena tingginya. Di sekeliling orang tinggi itu banyak sekali anak-anak yang tidak pernah Rasul lihat sebegitu banyaknya.
Melihat itu, Rasulullah kembali bertanya, “Apa ini? Dan siapa mereka?”
Kedua tamunya menjawab, “Menjauhlah, menjauhlah!”
Maka mereka pun pergi berlalu. Lalu mereka menyaksikan sebuah pohon yang amat besar, yang tidak pernah Rasul lihat pohon yang lebih besar dari ini. Pohon ini juga indah. Kedua tamu Rasul berkata, “Naiklah ke pohon itu!”
Lalu mereka pun memanjatnya. Rasul dituntun menaiki pohon dan dimasukkannya ke dalam sebuah rumah yang sangat indah yang tak pernah Rasul lihat seumpamanya. Di dalamnya terdapat lelaki tua dan muda. Lalu mereka sampai pada sebuah kota yang dibangun dengan batu bata dari emas dan perak. Mereka mendatangi pintu gerbang kota itu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mereka memasukinya. Mereka disambut oleh beberapa orang, sebagian mereka adalah sebaik-baik bentuk dan rupa yang pernah kita lihat, dan sebagiannya lagi adalah orang yang seburuk-buruk rupa yang pernah kita lihat. Kedua tamu yang bersama Rasulullah berkata kepada orang-orang itu, “Pergilah, dan terjunlah ke sungai itu!”
Ternyata ada sungai terbentang yang airnya sangat putih jernih. Mereka pun segera pergi dan menceburkan dirinya masing-masing ke dalam sungai itu. Kemudian mereka kembali kepada Rasulullah dan dua tamuya. Kejulekan serta keburukan rupa mereka tampak telah sirna, bahkan mereka dalam keadaan sebaik-baik rupa!
Lalu kedua ornag tamu Rasulullah berkata, “Ini adalah Surga And, dan inilah termpat tinggalmu!”
“Rumah pertama yang kau lihat adalah rumah orang-orang mukmin kebanyakan, adapun rumah ini adalah rumah para syuhada’, sedangkan aku adalah Jibril dan ini Mika’il. Maka angkatlah mukamu (pandanganmu).”
Maka mata Rasulullah langsung menatap ke atas, ternyata sebuah istana bagai awan yang sangat putih.kedua tamu Rasulullah berkata lagi, “Inilah tempat tinggalmu!”
Rasulullah berkata kepada mereka, “Semoga Allah memberkati kalian.”
Kedua tamu itu lalu hendak meninggalkan Rasulullah. Maka Rasulullah pun segera berkata, “Tidak sekarang engkau memasukinya!”
“aku telah melihat banyak keajaiban sejak semalam, apakah yang kulihat itu?” Tanya Rasulullah kepada mereka.
Keduanya menjawab, “Kami akan memberitakan kepadamu. Adapun orang yang pertama kau datangi, yang remuk kepalanya ditimpa batu, dia itu adalah orang yang membaca Al Qur’an tetapi ia berpaling darinya, tidur di kala waktu shalat fardu (melalaikannya). Adapun orang yang digergaji mukanya sehingga mulut, tenggorokan, dan matanya tembus ke tengkuknya, adalah orang yang keluar dari rumahnya dan berdusta dengan sekali-kali dusta yang menyebar ke seluruh penjuru. Adapun orang laki-laki dan perempuan yang berada dalam semacam bangunan tungku, maka mereka adalah para pezina. Adapun orang yang kamu datangi sedang berenang di sungai dan dijejali batu, maka ia adalah pemakan riba. Adapun orang yang sangat buruk penempilannya dan disampingnya ada api yang ia korbarkan dan ia mengitarinya, itu adalah malaikat penjaga neraka jahanam.
Adapun orang yang tinggi sekali, yang ada di tengah-tengah taman, itu adalah Ibrahim AS. Sedangkan anak-anak di sekelilingnya adalah setiap bayi yang mati dalam keadaan fitrah.”
Lalu di sela-sela penyampaian derita ini para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan anak orang-orang musyrik?”
Rasulullah menjawab, “Dan anak orang –orang musyrik.”
Lalu Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya.
Adapun orang –orang yang sebagian mukanya bagus, dan sebagian yang lain mekanya jelek, mereka itu adalah orang-orang yang mencampuradukkan antara amalan shalih dna amalan buruk, maka Allah mengampuni kejelekan mereka. “(HR. Bukhari)

Senin, 16 November 2009

sate ponorogo













Kalau masalah Kuliner di Ponorogo nggak kalah lezatnya dengan masakan modern jaman sekarang. Sate Ponorogo enaknya memang tiada duanya, satenya sih hampir sama dengan dengan kebanyakan sate-sate yang lainya, yang menjadi ciri khas sate Ponorogo ini adalah Potongan daging yang pipih memanjang, jadi dalam satu tusuk sate hanya terdiri 1 atau 2 potong daging saja. Sate Ponorogo memiliki ukuran dua kali ukuran sate madura, Bumbunyapun rasanya lebih nikmat. Kalau anda sedang berkunjung ke Ponorogo jangan lupa untuk mencicipi lezatnya sate khas Ponorogo ini disekitar pertigaan jalan Gajah Mada, Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Jend. Sudirman atau tepatnya di depan BCA Ponorogo terdapat berderet-deret penjual sate.

jasamu sungguh mulia














kau seakan tak pernah lelah
mengurai tanah-tanah gemburmu
yang mulai terjamah limbah
kau siratkan dengan cucuran keringatmu

walau perih terasa dipikul
sengatan mentari siang
demi penghidupan
kau ayunkan setiap cangkul

wahai petani
jasamu sungguh sangat besar
untuk kehidupan ini
kau adalah pahlawan besar

seiring modernisasi
kini kau terenga hengah ayunkan keringat
dan terluka oleh limbah-limbah tak berperi
sungguh menyayat

kau seakan tak pernah lelah
mengurai cerita kehidupan kepada anak cucu
yang rapuh lemah
kau siratkan dengan cucuran airmatamu

Panorama Telaga ngebel













Sejuk dan teduh. Itulah kesan pertama yang akan dilontarkan oleh siapa saja tatkala pertama kali memasuki kawasan Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Berhamparkan air yang jernih nan tenang, telaga ini berhiaskan pohon-pohon tua di tepiannya. Dan ini bisa menjadi penawar lelah para wisatawan setelah mereka melewati jalan berliku, naik-turun, untuk menuju objek wisata ini.
Membicarkan Telaga Ngebel memang tidak akan pernah habis. Konon cerita yang berkembang di masyarakat, Telaga Ngebel mempunyai cerita unik yang didasarkan pada kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Sang Ular ketika bermeditasi secara tak sengaja dipotong-potong oleh masyarakat sekitar untuk dimakan. Secara ajaib sang ular menjelma menjadi anak kecil yang mendatangi masyarakat dan membuat sayembara, untuk mencabut lidi yang ditancapkan di tanah.
Namun tak seorangpun berhasil mencabutnya. Lantas dia sendirilah yang berhasil mencabut lidi itu. Dari lubang bekas lidi tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk Telaga Ngebel.
Legenda Telaga Ngebel, terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni Batoro Kantong. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.
Selain panorama yang indah dan masih perawan, Telaga Ngebel juga kaya akan sumber alam, utamanya air tawar bersih yang keluar dari sumber-sumber di dasar telaga sedalam kurang lebih 52 meter. Tanah subur di sekitar telaga ini juga menghasilkan aneka pohon buah berkualitas. Durian Ngebel, begitu kata orang, menjadi buah primadona kawasan ini. Selain buah berduri itu, tumbuh subur pula pohon manggis, nangka, dan tanaman perkebunan seperti cengkeh dan kopi. Menikmati keindahan panorama telaga sembari makan buah-buahan khas Ngebel adalah tujuan para wisatawan. Bagi pengunjung yang menginginkan ikan hasil budidaya Telaga Ngebel seperti ikan Nila, dapat langsung menyantapnya di warung atau rumah makan yang berjumlah cukup banyak. Hmmm…maknyus!!!
Sungguh menarik bukan, tawaran yang di berikan Telaga Ngebel. Sayang sekali jika Anda yang telah berada di Ponorogo tidak menyempatkan untuk mengunjungi objek wisata ini

Rabu, 11 November 2009

ponorogo kota reog













Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.

Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Legenda Cerita Reog

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.